Perjalanan Kejayaan Kesultanan Mughal 1526-1857
Jakarta, Asosiasi Remaja Masjid Istiqlal-Siapa yang tidak kenal dengan India? Negara yang menjadi salah satu tempat peradaban tertua di dunia berada, sehingga wajar jika India memiliki berbagai macam cerita. Termasuk juga adanya kisah hadirnya agama Islam di India.
Pada tahun hampir setengah empat sore, atau 1526 M, seorang yang bernama Zahiruddin Babur, berhasil mendirikan Kesultanan Mughal, setelah mengalahkan rezim yang sewenang-wenang.
Kesultanan Mughal ini menganut agama Islam, sebagai agama kesultanan. Mungkin di antara kita tidak mengenal Sultan Babur, tetapi jika kamu tahu Sultan Jalaluddin Muhammad Akbar, tokoh yang diceritakan pada serial TV “Jodha Akbar”, itulah cucu dari Sultan Babur.
Sultan Akbar memegang tampuk kepemimpinan Kesultanan Mughal pada tahun 1556, dan berhasil membawa Kesultanan Mughal menuju masa keemasannya. Selama kepemimpinannya, Sultan Akbar memakai pola kepemimpinan militeristik dengan konsep provinsi yang dipimpin oleh Sulh-e-Kulh.
Pada masanya, Sultan Akbar banyak melakukan perubahan-perubahan, yang menyebabkan Kesultanan Mughal disegani oleh dunia internasional kala itu. Dirinya dapat membuat masyarakatnya makmur, dengan fokus di dunia pertanian dan perdagangan.
Sultan Akbar juga mengembangkan dunia seni dan sastra melalui berbagai aspek, terutama pendidikan. Kemudian ditetapkannya bahasa urdhu, sebagai bahasa resmi negara. Namun diantara kisah kejayaannya, terdapat satu kebijakan yang cukup kontroversial, yaitu Din ilaahi.
Pergantian Masa Kepemimpinan
Tentu setiap orang ada masanya, Sultan Akbar pun menemui ajalnya, dan kedudukannya digantikan oleh putranya yaitu Jehangir, yang sosoknya bisa dikatakan sebagai sultan yang cakap, karena dapat mempertahankan, dan meningkatkan kejayaan, yang telah ditinggalkan oleh ayahnya, di Kesultanan Mughal.
Pada abad ke-17, ketika Nusantara didatangi oleh VOC, Jehangir wafat dan digantikan oleh Sultan Shah Jehan, pada tahun 1627. Sultan yang bernama lengkap Muhammad Shihabuddin Shah Jahan, dikenal rakyatnya sebagai raja yang adil, bijaksana, dan memakmurkan rakyatnya.
Pada masanya Kas negara terisi penuh, dan pada saat itu, Taj Mahal dibangun. Syah Jehan sendiri ialah sosok orang terpelajar, memiliki bakat kepemimpinan dan jiwa intelektual, yang berpadu dengan seni.
Pada tahun 1641 M, perpustakaan Agra memiliki koleksi buku yang sangat banyak, terhitung sebanyak 24.000 buku, sehingga ilmu pengetahuan sangatlah berkembang saat itu.
Shah Jehan sendiri dapat dikatakan lebih ortodoks dalam ber-Islam. sehingga tidak memiliki toleransi terhadap praktek yang menyimpang dari Islam.
Saat Sultan Syah Jehan wafat, maka tampuk kepemimpinan Kerajaan Mughal digantikan oleh putranya, yaitu Aurangzeb, yang memerintah pada tahun 1658-1707 M. Setelah Sultan dinobatkan menjadi pemimpin Kesultanan Mughal, Aurangzeb langsung memantau keamanan, dan kembali memantapkan pijakan kekuasaannya.
Pada masanya, Kesultanan Mughal juga menjadi makmur, serta wilayahnya pun meluas, bahkan melebih daerah yang sebelumnya berhasil ditaklukan oleh Sultan Akbar.
Tentang Prasangka dan Fakta Sebenarnya
Mungkin sebagian besar orang menganggap, Kesultanan Mughal merupakan kerajaan yang biasa sebagaimana umumnya, atau bahkan mengerikan. Tetapi jauh panggang dari api, bahwa sebenarnya Kesultanan Mughal pada masa kejayaannya menjelma menjadi kerajaan yang terkaya di dunia.
Diperkirakan Kesultanan Mughal memiliki Produk Domestik Bruto sebesar 22%, dari ekonomi dunia masa itu. Salah satu yang menopang ekonomi besar seperti itu, ialah kuatnya armada laut Kesultanan Mughal, serta fokusya pada perdagangan dengan para pedagang asing.
Pemerintah Mughal mendapat peningkatan pendapatan negara melalui sektor ini, dari £19.000.000 pada akhir kekuasaan Akbar, menjadi lebih dari £40.000.000 (Rp768.034.619.200) pada masa kejayaan Aurangzeb.
Tentu itu merupakan angka yang fantastis, atau bisa diibaratkan, dengan jumlah tersebut, kita dapat melunasi hutang Indonesia yang dikalikan 126 kalinya.
Usainya Kejayaan
Pada tahun 1857, menjadi tahun dimana Kesultanan Mughal berakhir di tangan Inggris, setelah bertahan selama 150 tahun berdiri.
Runtuhnya Kesultanan Mughal, ialah karena kesultanan ini ditinggalkan, oleh Sultan terakhir yang cakap, yaitu Aurangzeb, dan tidak adanya penerus Sultan, yang mampu mengelola Kesultanan yang sangat besar. Selain itu, pada masa ini juga terdapat banyak pemberontakan, dan perbutan kekuasaan di lingkungan kerajaan.
Kemudian, adanya pengaruh kolonialisme Eropa khususnya Inggris, dan adanya perubahan zaman terutama kiblat teknologi dan keilmuan, juga menjadi salah satu sebab runtuhnya Kesultanan Mughal.
Untaian Hikmah
Dari perjalanan kisah masa kejayaan Kesultanan Mughal ini, kita dapatibanyak hikmah yang dapat dipetik. Namun, yang menjadi hal penting ialah, untuk menjadi kerajaan besar diperlukan pemimpin yang hebat, dan untuk mempertahankannya, ialah dengan memakmurkan rakyatnya, serta memenuhi rasa keadilan dan kebijaksanaan dalam menjalankan pemerintahannya.
Tetapi itu semua tidak akan terjadi, kecuali dengan izin Allah, maka hanya kepada Allah lah kita dapat mencapai kejayaan.
Penulis: Adin Mahendra
Penyunting: Redaksi Asosiasi Remaja Masjid Istiqlal
Daftar Inspirasi:
Badri Yatim. 2006. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Agustinaa, Sari, Sumarjonob , Sumarnoc , dan Ahmad Ryan Pratamad. “Jalalludin Muhammad Akbar's policy in India 1556-1605C.” Jurnal Historica, Volume 4, Issue 1 Februari 2020.
Ali, M. Nasihudin. “Kepemimpinan Shah Jahan di Kesultanan Mughal (1628-1658 M).” JUSPI. Vol. I No. 1 Tahun 2017.
Desky, Harjoni. “Kerajaan Safawi di Persia dan Mughal di India Asal Usul, Kemajuan Dan Kehancuran.” JURNAL STUDI ISLAM Volume 8, Nomor 1, April 2016, 121-141.
Supardi. “Perkembangan dan Peninggalan Dinasti Moghul di India 1525-1857.” Jurnal Pendidikan dan Sejarah, Vol 7, No 1, 2008.
Siddiq, Fathurrohman. 2016. “Stabilisasi Ekonomi Dinasti Mughal Masa Aurangzeb (1659-1707 M).” Skripsi. Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Dikutip dari internet, (20/01/2021) pukul 02.02 WIB, https://republika.co.id/berita/q0kr49313/dinasti-mughal-dan-era-kejayaan-islam-di-india
Posting Komentar untuk "Perjalanan Kejayaan Kesultanan Mughal 1526-1857"