Meski Temui Sulit, Kuatkan Diri di Jalan Dakwah
Tetaplah
disini, di jalan dakwah ini, bersama kafilah dakwah ini.
Seberat
apapun perjalanan yang harus ditempuh, sebesar apapun pengorbanan untuk
menebusnya,
Tetaplah
disini. Jika bersama dakwah saja engkau serapuh itu, sekuat apa jika kau seorang diri?
(KH.
Rahmat Abdullah)
Mengutip
perkataan KH. Rahmat Abdullah mengingatkan saya pada kisah Nabi Yunus ‘Alaihis
Salaam, ia menjadi salah satu mata rantai, dari para pengibar bendera Tauhid di
pentas sejarah.
Dalam
kisahnya, kita belajar, Allah sangat mencintai orang-orang, dalam hal ini nabi
dan rasul, yang terhubung ke langit, didalam dekapan ukhuwah, hingga Allah tak membiarkan mereka sedikit
pun terlepas dari pelajaran untuk memiliki akhlak dan perilaku mulia.
Dalam
dekapan ukhuwah, Allah ingin setiap manusia yang terhubung ke langit,
menuntaskan tugasnya hingga paripurna. karena bersamaan dengan itu
disempurnakan pula didikan Robbani pada karakter pribadinya. Jika dia
meninggalkannya sebelum tuntas, Allah akan gunakan cara lain untuk mendidikkan
kemuliaan padanya.
Nabi Yunus
mungkin tercatat sebagai orang yang gagal. Dia meninggalkan kaumnya dengan
marah, sesak hati, dan sempit dada, sebelum Allah mengizinkan dia pergi.
Kemudian kita hafal kisah selanjutnya; dia naik kapal, dibuang ke laut, dan
ditelan ikan Nun.
Allah
ingin mendidik Nabi Yunus, untuk sabar menghadapi manusia dan teguh membawa mereka
ke jalan taqwa. Allah ingin mendidiknya, agar selalu semangat, tak mudah
menyerah, serta mengerahkan beberapa
tingkat daya upaya yang ia miliki.
Tapi Nabi Yunus dibakar perasaan, dia tinggalkan kaumnya. Maka Allah menyempurnakan
pendidikan langit untuknya, agar bersabar dengan sebuah musibah. yaitu dengan
ditelan ikan, menjalani hidup dalam kegelapan.
Saat
itulah dia insyaf, memohon kepada Allah, dengan doa yang kita kenang hingga
kini,
لَا
إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
"Tiada
Illah selain Engkau (yaa Allah), Maha Suci Engkau, sungguh aku ini termasuk
orang yang berbuat zalim (aniaya)."
Kemudian
Allah abadikan doa itu, dalam Q.S. Al-Anbiya’ [21]: 87-88.
وَذَا
النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي
الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
(87) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ
(88)
Artinya:
"Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Nabi Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan
marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya
(menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: 'Bahwa tidak
ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau. Maha suci Engkau,
sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim'(87). Maka Kami telah memperkenankan doanya dan
menyelamatkannya dari pada kedukaan, dan demikianlah Kami selamatkan
orang-orang yang beriman(88)."
Selain
itu, melihat mustajabnya doa yang dipanjatkan Nabi Yunus, Rasululah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam juga bersabda :
دَعْوَةُ
ذِى النُّونِ إِذْ دَعَا وَهُوَ فِى بَطْنِ الْحُوتِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ
إِنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ. فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِى
شَىْءٍ قَطُّ إِلاَّ اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ
"Doa
Dzun Nuun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa dalam perut ikan paus adalah: 'Laa
ilaaha illaa anta, subhaanaka, innii kuntu minadz dzaalimiin'. (Artinya: Tidak
ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau (ya Allah), Maha Suci Engkau,
sesungguhnya aku adalah termasuk di antara orang-orang yang berbuat
zalim/aniaya). Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam
suatu masalah, melainkan Allah kabulkan baginya." (H.R. At-Tirmidzi).
Ketika
pendidikan langit, yang dikirimkan Allah kepada Nabi Yunus, untuk bersabar telah ia tuntaskan, ia
kembali kepada kaumnya dengan semangat yang menyala. Yunus datang menyeru
kepada kaumnya, untuk hijrah, ke tapak cahaya dengan keteguhan, yang berlipat
jumlahnya.
Kemudian,
saat Allah telah sempurnakan pendidikan bagi Nabi Yunus, Allah tetapkan juga,
baginya hadiah yang membahagiakan. Yaitu, saat dia kembali, semua kaumnya telah
beriman. Setelah itu, ia kembali mengemban tugas untuk memimpin dan membimbing
umatnya, untuk beribadah pada Allah, dalam dekapan ukhuwah.
Demikianlah,
kita pahami bahwa setiap hamba yang terhubung ke langit, akan terhubung dengan
manusia, dalam untaian cinta yang berwujud dakwah. Syaikhut Tarbiyah Rahmat
Abdullah, berkata dakwah adalah cinta, dan dalam dekapan ukhuwah, cinta akan
meminta semuanya dari dirimu. Dari pikiran, sampai perhatianmu. Bahkan saat
berjalan, duduk, dan tidurmu. Juga di tengah lelap sampai isi mimpimu pun
tentang dakwah, tentang ummat yang kau cintai.
(Dikutip
dalam buku 'Dalam Dekapan Ukhuwah' yang ditulis oleh Ustad Salim A. Fillah)
Dakwah
Butuh Kesabaran dan Ketekunan
Mengingat
perjalanannya tidak mudah, dakwah
membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Bukan hanya kesabaran terhadap umat yang
coba kamu dakwahi, tetapi juga dengan rekan dakwahmu.
Ingatlah
bahwa gerbong kereta dakwah, bukan hanya diisi oleh pasukan-pasukan yang
bersenjata lengkap, dan mental tempur yang tinggi. Kereta ini juga berisi oleh
orang-orang yang kekurangan persenjataan, dan mental yang belum terasah.
Karena
itu, berikanlah mereka senjata dengan pengetahuan yang kita miliki, bagikanlah
pengalaman yang kita miliki , dalam melatih mental mereka, dan sabarkan hati
dalam membimbing dan mengajarinya.
Mungkin
saat bersama, akan kita temui rasa sulit. Misalnya, saat kamu merasa bekalmu
cukup dengan kompetensi yang ada pada dirimu, sedangkan kawanmu, masih ada dari
mereka yang perlu kamu bantu.
Mungkin
saat bersama, akan terasa berat, karena lidah tak bertulang, silap dan khilaf
pun sering berulang, satu dua kata dan tingkah kawanmu boleh jadi suatu saat
akan menyakitimu.
Mungkin,
bersama itu seringkali sulit, bahkan sulit sekali. Karena harus saling peduli,
dan peduli itu melelahkan.
Namun,
sadarilah, jika fokusmu telah kau layangkan pada tujuan yang mendasari gerakmu,
semua itu bukan lagi masalah yang menyita banyak ruang dihatimu. Jika tujuan
pergerakanmu sudah benar dan kuat, maka kesulitan itu , hanya bagaikan sebuah
tangga yang akan membawamu lebih tinggi setelah kau melewatinya.
Fokus
pada tujuan, layaknya seorang ibu yang membangunkan anaknya saat panas api
membakar rumah, sesulit apapun dalam membangunkan anaknya itu, semua usaha akan
dilakukan, karena fokus tujuan lebih kuat daripada rasa sulit saat membangunkan
anaknya.
Fokus
dan kuatkan tujuanmu, agar kamu kuat dan tegar, meski seringkali, kau rasakan
beratnya berjamaah. Jalan ini terlalu sulit jika ditempuh seorang diri, maka
berjamaahlah agar mudah perjalanan terasa. Amanah dakwah ini juga memang
terlalu berat, jika masing-masing dari kita berjuang sendiri-sendiri, maka
bersatulah agar perjuangan dirasa lebih ringan.
"Dakwah
adalah cinta, dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu.
Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu. Bahkan di tengah lelapmu, isi
mimpimu pun tentang da’wah. Tentang ummat yang kau cintai," pesan Syaikhut
Tarbiyah Rahmat Abdullah.
Mungkin
bersama dalam berjuang itu sulit, Allah Ta'ala
tidak menyuruh kita untuk kembali dalam keadaan berhasil, melainkan Ia
meminta kita untuk terus memaksimalkan ikhtiar, bagaimanapun hasilnya.
Semoga
Allah selalu membersamaimu, memberikanmu hidayah, dan kekuatan dalam
perjalananmu. Akhukum Fillah
Penulis
: Muhammad Wildan
Penyunting
: Tim Redaksi Asosiasi Remaja Masjid Istiqlal Jakarta.
Posting Komentar untuk "Meski Temui Sulit, Kuatkan Diri di Jalan Dakwah"